Tears Drop. |
Penderitaan tambahan yang beratnya hampir sama dengan azab yang dirasakan oleh orang-orang pedalaman suku seperti Papua, NTT, Suku Dayak dan anak pedalaman Batak bukanlah hal yang ringan, namun semua diam karena diwakili oleh para pendemo yang menggema tanpa arti karena tekanan dollar sudah mepet ke Rp 9.900/US$, apapun itu dan juga bagaimanapun beratnya, mereka sudah terlatih dan mereka siap menerima resiko atas kesalahan mereka waktu disodorkan kartu pemilihan pemimpin, orang papua bilang "Hoi Batak, baru naik sedikit sudah teriak-teriak, kami disini membayar 1 liter dengan Rp 17.500,- kami diam saja, karena kalau teriak rugi uang dan rugi sakit perut karena teriak-teriak", Orang batak menjelaskan kami teriak agar beban batin kami berkurang dan walau sulit mendapat angkutan murah, kami sadar dosa patungan ini harus berlalu di hati dengan penuh kepedihan, sambil meneteskan air mata batak berkata "baca ini surat dari tanah karo"... :
Bah...
Pastilah SAGALA barang melambung SILANGIT...
Telur sebiji saja sudah PASARIBU, PANDEPOTAN MANURUNG..
mau buka usaha PANJAITAN...Eeh masih banyak SIHOTANG
mau beli kereta seken keluaran NAPITUPULU aja tidak bisa
satu-satunya jalan untuk mendapatkan dana SIREGAR terpaksa titipkan cincin kawin dan barang elektronik ke Perum PANGGABEAN.
bah SIHOTANG lagi SIHOTANG lagi.....!
hidup bagaikan mendaki TOBING yang ditumbuhi POHAN-POHAN yang tinggi, amang Ooi....
GIRSANG kali kurasa, nggaa ada lagi HARAHAPan, coba itu lihat di RCTI acara SIHAPUTAR INDONESIA, orang kaya makin kaya, orang miskin SITINJAK-INJAK sampai bibir jadi SIHOMBING..
SILAEN itu jumlah pengangguran dan HUTAURUK meningkat, satupun SIJABAT tak ada yang mau SINAMBELA, mulut serasa ditembel SILA'BAN, mau malawan tak SIBARANI, kepalapun pusing sampai ber-BUTAR-BUTAR seperrti ketimpa GINTING...
Inaaaang .......jumlah orang miskin sudah PANGARIBUAN, anak kecil menangis sampai MARPAUNG-PAUNG, otak mulai SITOMPUL, mertuapun tak mau TIGOR dan menyapa lagi.
Terkadang terpikir untuk terjun ke SIMANJORANG yang dalam tapi takut di SILALAHI sama Tuhan...
Bak kata pepatah ....hidup SIAGIAN matipun tak mau, tapi tetap aja kita diminta sabar dan sabar SITORUS..
Wahai pemimpin bangsa ....bukalah SIMARMATA-mu lebar-lebar....banyak belajarlah SITUMORANG dari neara-negara HUTABARAT yang sudah maju........
Secara politik suku pedalaman memahami betul bagaimana memperbaiki keadaan ini, tapi mereka memilih mengalah dan membayar mahal karena kalau diperbaiki juga mereka tak pernah dan tidak akan mungkin bisa berbahagia dengan cara-cara politik main kartu qiu-qiu, ya sudahlah...BUTET pasti berlalu.